Industri galangan kapal di dalam negeri saat ini praktis hanya mengandalkan bisnis perbaikan dan perawatan (reparasi) untuk mempertahankan usaha. Pembangunan kapal baru nyaris tidak ada sejak tahun lalu setelah seratusan kapal Tol Laut rampung dan order pemerintah belum jelas kelanjutannya.
Namun, bisnis reparasi kapal juga tidak mudah. Bisnis perkapalan kini diwarnai perang tarif yang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.
Boleh dibilang, tarif reparasi kapal saat ini sudah pada tahap gila-gilaan. Modusnya pun beragam, mulai dari menawarkan biaya reparasi yang sangat murah, diskon besar-besaran, hingga cara pembayaran yang sangat longgar.
Kondisi ini membuat banyak galangan kapal kehilangan pangsa pasar karena tidak mampu bersaing. Tarif yang sangat rendah tidak dapat menutupi biaya investasi dan operasional, sehingga galangan terancam tutup jika dibiarkan berlarut.
Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Eddy Kurniawan Logam mengatakan, persaingan tarif yang tidak sehat merugikan industri galangan di dalam negeri, apalagi saat sepi order seperti sekarang.

“Seharusnya jangan perang harga, tetapi bersainglah dalam kualitas. Kami juga mendorong sinergi antar galangan guna memajukan industri ini,” katanya.
Menurut Eddy, perang tarif akan membuat industri galangan kapal semakin sulit berkembang. Selama ini pun, galangan dianggap industri sunset dan tidak bergengsi.
“Padahal, di luar negeri galangan kapal sepertinya bagus-bagus. Mereka bisa seperti itu karena mendapat margin yang cukup sehingga bisa investasi pada SDM, mesin, dan suasanya kerja yang nyaman,” ujarnya.
Eddy meminta Kementerian Perindustrian, sebagai pembina industri galangan kapal nasional, mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Dia juga mengajak seluruh galangan kapal untuk bersinergi dan menjalankan bisnis secara profesional.
“Seharusnya jangan perang harga, tetapi bersainglah dalam kualitas. Kami juga mendorong sinergi antar galangan guna memajukan industri ini.”
Hal senada disampaikan oleh Ketua DPD Iperindo Jawa Timur Momon Hermono. Dia mengatakan galangan kapal perlu bersinergi untuk mencegah persaingan yang tidak sehat.
“Kami berharap semua pihak punya pandangan yang sama. Sebagai pengurus Iperindo Jatim, saya akan berupaya mendekati semua galangan kapal dari hati ke hati untuk bersinergi dan mensosialisasikan pentingnya Iperindo bagi kemajuan bersama,” ujar Momon.
Dia mengatakan banyak galangan kapal yang belum menjadi anggota Iperindo dan menjual jasanya jauh di bawah tarif normal. “Saya datangi mereka, saya ajak bersinergi. Ayo kita sama-sama majukan industri ini, jangan sampai timpang tindih,” ungkapnya.
Momon juga meminta pengayoman dari Kemenperin supaya tidak ada lagi persaingan tidak sehat. Pasalnya, Iperindo hanya bisa mengimbau galangan kapal untuk menghindari perang tarif.

Adapun pembinaan dan teguran ataupun sanksi merupakan wewenang pemerintah, dalam hal ini Kemenperin, yang bertugas mengembangkan industri di dalam negeri.
“Kalau terjadi pelanggaran, Kemenperin bisa menegur dan memberikan sanksi administratif. Sebab persaingan yang tidak sehat akan merusak industri,” kata Momon.
Langkah Kemenperin mendesak sebab industri galangan kapal nasional saat ini menghidupi ratusan ribu tenaga kerja, serta melibatkan banyak industri terkait, seperti pelat baja, cat, komponen dan suku cadang, hingga perbankan.
Momon mengungkapkan, Iperindo menyusun standar tarif untuk diajukan kepada Kemenperin. Standar tarif ini akan menjadi pedoman bagi galangan dalam menetapkan harga reparasi kapal.
Misalnya, apabila standar tarif pekerjaan A sebesar 50-70, galangan kapal jangan menjual di bawah angka 50. “Kalau sekarang, ada galangan yang berani menjual dengan tarif hingga 35 atau 50 persen dari tarif normal. Ini tidak sehat,” jelas Momon, yang juga mengusulkan standar tarif diperbarui setiap tahun.
Jamin Persaingan Sehat
Ketika dikonfirmasi, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika menjelaskan, standar tarif reparasi kapal memang diperlukan untuk menjamin persaingan yang sehat sehingga kualitas tidak menjadi hal yang dikorbankan, yang justru berdampak negatif pada sektor ini secara perlahan.
Menurut dia, wacana standar biaya reparasi diperlukan dalam konteks rentang harga yang wajar dalam kegiatan reparasi kapal dengan tetap mempertimbangkan beberapa faktor, seperti tingkat kemahalan masing-masing daerah dan letak geografis dimana galangan itu berada.

“Wacana standar biaya reparasi pada dasarnya diperlukan sebagai pedoman bagi pelaku usaha industri perkapalan, khususnya untuk kegiatan reparasi kapal,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya nanti, lanjut Putu, standar tarif akan dilakukan evaluasi oleh seluruh stakeholder, baik pemerintah selaku regulator maupun pihak lainnya yang terlibat dalam sektor usaha ini.
Dia menegaskan, pemerintah terus berupaya mendorong galangan kapal sebagai salah satu industri strategis di masa depan. Upaya itu di antaranya membangun iklim usaha yang kondusif disertai dengan keberpihakan (affirmative action) melalui dukungan insentif, baik fiskal maupun non-fiskal.
Salah satu strategi untuk mendorong pertumbuhan industri ini melalui penguatan empat bidang, yaitu penguatan struktur industri perkapalan, industri komponen, kompetensi SDM, dan dukungan kebijakan iklim usaha.
Bangun Sinergi
Momon menambahkan, pihaknya terus melakukan pendekatan kepada seluruh pelaku usaha galangan kapal melalui roadshow, terutama untuk merangkul galangan kecil agar mau menjadi anggota Iperindo.
“Mereka dikasih informasi bahwa Iperindo bisa bantu perizinan, pendidikan, klass dan sebagainya. Melalui Iperindo, kita bisa meminta bantuan Kemenperin untuk pendidikan sehingga biaya lebih murah. Juga soal sertifikasi dan pengelolaan limbah, sehingga mereka bisa ikut tender untuk dapat pekerjaan,” paparnya.
Saat ini, Iperindo memiliki 50 anggota di wilayah Jatim, terdiri dari 36 perusahaan galangan kapal serta 14 perusahaan sarana penunjang dan kontraktor. Skala perusahaan tersebut pun beragam, mulai dari skala kecil sampai dengan besar.
Salah satu program kerja Momon, yang dipercaya memimpin Iperindo Jatim sejak Februari 2019, adalah membangun sinergi antar anggota Iperondo yang beragam itu. Sinergi ini penting di tengah kelesuan industri galangan kapal saat ini.
“Sampai akhir 2018 lalu kondisi belum baik, bahkan tahun ini tidak ada pekerjaan sama sekali. Dockingjuga belum ada, mungkin nanti kalau kapal-kapal tol laut yang baru itu beroperasi baru akan ada dockinglagi,” ujarnya.
Oleh karena itu, galangan besar dan kecil perlu bersinergi agar sama-sama mendapat pekerjaan sesuai kapasitas masing-masing.
Misalnya, galangan besar mereparasi kapalnya, sementara galangan kecil mengerjakan raparasi dinamo atau komponen lain. “Sinergi ini agar galangan bisa sama-sama maju,” ungkap Momon. (Buletin Iperindo Edisi 1/2019)
Discussion about this post